NAMA : Raden Suprapto
KELAS : IV B
FAK/JUR:
Tarbiyah, PAI
Konsep mutu pendidikan direduksi sebatas besaran skor ujian
nasional yang mengukur daya serap. Reduksi konsep mutu pendidikan itu telah
memperlebar kesenjangan antara idealiasi pendidikan bangsa ini dengan kenyataan
praktik pendidikan yang sedang berlangsung. Fenomena yang tampak sekarang
adalah praktek pendidikan yang makin mengokohkan pendekatan transfer isi buku
teks dan tagihan belajar berupa ukuran daya serap. Konsep mutu pendidikan yang
sebatas besaran skor UN dipegangi oleh mayoritas pendidik dan pengambil
keputusan pendidikan di negeri ini. Benarkah hasil UN merupakan tolok ukur mutu
pendidikan?
Pokok-pokok
pikiran Dr. Waras Kamdi, M.Pd
Mutu
Pendidikan Terdistorsi, Kecerdasan Hidup Tergadai
Sudah saatnya sekolah melakukan revolusi konsep mutu pendidikan,
bergeser dari transfer pengetahuan ke pengembangan kecakapan hidup. Tak mungkin
sekolah akan mampu berkejar-kejaran dengan pertumbuhan pengetahuan, jika
sekolah menjalankan tugasnya sebagai pentransfer informasi. Pendekatan
pembelajaran yang seperti ini tidak lagi memadai untuk misi mendidik anak
bangsa yang kita idealisasikan cerdas, kritis, kreatif, berkarakter, bertakwa,
profesional, dan berbudaya sebagaimana telah menjadi tujuan pendidikan
nasional. Dalam membangun pendidikan yang bermutu, kini sekolah harus
mengutamakan paradigma belajar; bukan paradigma tray-out untuk memenuhi hajat
rezim ujian nasional.
Di semua jenis dan jenjang, pendidikan yang membelajarkan musti
mengedepankan pendekatan rasional dalam proses pengalaman belajar kecakapan
berpikir kritis dan kreatif; dan pengalaman belajar itu mengembangkan kemampuan
menggunakan pengetahuan secara bermakna untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, dan menemukan cara atau metode baru. Dalam proses pendidikan itu
disenyawakan pendekatan religius dalam pembelajaran untuk mengembangkan
kecakapan spiritual, dan kepribadian (sosial, emosional, dan estitika).
Persoalan instrumental input (sarana-prasarana) dapat diselesaikan
dengan belanja material. Akan tetapi, persoalan mutu pendidikan amat bergantung
pada mutu proses pendidikan. Pemenuhan instrumental input tidak akan serta
merta mendongkrak mutu pendidikan tanpa dibangun mutu proses dengan konsepsi,
paradigma, dan strategi yang cermat. Dengan demikian, “proyek mutu pendidikan”
membutuhkan perangkat konseptual yang mendasar, paradigma baru sebagai landasan
berpikir yang kokoh, dan strategi eksekusi yang cermat, serta dilakukan dengan
semangat kerja keras dan komitmen yang tinggi (rigorous).
Kecenderungan dan tantangan baru di abad
ini pada gilirannya menuntut pembaharuan sistem pendidikan di masa depan. Di
antara perubahan penting itu adalah (1) makin pentingnya paradigma baru
pendidikan yang berorientasi pada keunggulan mutu, karakter, dan martabat
bangsa; (2) makin pentingnya orientasi kecerdasan hidup bangsa, dan (3) makin
pentingnya memperkokoh ketahanan budaya.
Jika kita amati perkembangan masyarakat kita sekarang, kesan yang
segera tampak adalah kemerosotan kecakapan hidup, dan terkoyaknya budaya unggul
dan martabat bangsa. Krisis bangsa ini telah menembus sendi-sendi kecerdasan
hidup. Krisis kecakapan sosial kian meluas ditandai oleh kemerosotan
kesantunan, empati, dan sikap kooperatif. Bangsa ini juga mengalami krisis
dasar-dasar kecakapan emosional, yang ditandai oleh kecenderungan perilaku
impulsif, tidak mampu mengendalikan diri, dan semau gue. Kekacauan supporter
sepakbola salah satu contoh yang paling nyata. Bangsa ini juga mengalami erosi
kecerdasan personalnya, yang ditandai oleh kurangnya keteguhan hati, ketekunan,
sikap ingin tahu, disiplin pribadi, kontrol diri, integritas, motivasi, dan
sikap positif. Maraknya plagiarism dan jual-beli gelar juga contoh yang paling
nyata. Bangsa ini juga mengalami kemerosotan kecerdasan sosio-civic, yang
ditandai oleh merebaknya sikap cuek, mau menang sendiri, korupsi, dan
menyerobot hak orang lain, dan sejenisnya. Semua ini karena konsep mutu
pendidikan kita tidak pernah melampaui wilayah garapan pengembangan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar