Sabtu, 24 Maret 2012

Statistik Pendidikan


STATISTIK PENDIDIKAN.

1. Pengertian StatistikFungsi .
Secara etimologis kata ” Statistik ” berasal dari status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata State (bahasa Inggris) atau kata Staat (bahasa belanda) kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka ( data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif) yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara. Dalam kamus bahasa inggris ada dua macam kata statistik statistics artinya lmu statistik sedangkan kata statistic sebagai ukuran yang di peroleh atau berasal dari sampel yaitu lawan dari kata ” parameter ” yang berarti ” ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi ”. Di tinjau dari terminologi dewasa ini (apabila kita membaca atau mendengar) dalam istilah statistik ada beberapa macam istilah statistik yaitu :
1. Data statistik
2. Kegiatan Statistik
3. Metode Statistik
4. Ilmu Statistik

2. Penggolongan Statistik
Bedasarkan tingkatan pekerjaannya (tahapan yang ada dalam kegiatan statistik) statistik sebagai ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Statistik Deskriptif, yang dikenal pula dengan istilah statistik Deduktif, statistik sederhana, dan descriptive statistics adalah statistik yang tingkat pekerajaannya mencakup cara-cara menghipun, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan, dan menganalisi data angka, agar dapat memberikan gambaran yang teratur, rigkas dan jelas.
b. Statistik inerensial adalah statistik yang menyediakan aturan atau cara menarik kesimpulan yang bersifat umum.

3. Ciri Khas Statistik
Pada dasarnya statistik sebagai ilmu pengetahuan ada tiga ciri khusus yaitu :
a. Statisik selalu bekerja dengan angka atau bilangan ( dalam hal ini adalah data kuantitatif).
b. Statistik bersifat objektif pengertian statistik selalu bekerja menurut data yang ada.
c. Statistik bersifat universal mengandung pengertian bahwa ruang lingkup atau ruang gerak dan bidang garapan statistik yang berlaku untuk di semua bidang kajian.

4. Permasalahan Statistik.
Menurut Hananto Sigit, B.ST, dalam bukunya statistik suatu pengaturan 1996 mengemukakan ada tiga permasalahan dasar dalam statistik yaitu :
a. Permasalahan tentang Rata-rata (Average)
b. Permasalahan tentang pemencaran atau penyebaran (Variability)
c. Permasalahan tentang saling hubungan (Korelasi)
Suatu persoalan statistik lainnya adalah apa yang di kenal dengan nama ” dispersi ” (dispersian) atau ” Variabilitas”. Sebuah persoalan lain lagi dari statistik adalah persoalan tentang ” korelasi ” atau ” asosiasi ” persoalan hubungan.

5. Pengertian statistik pendidikan.
Telah di jelaskan bahwa istilah statistik dapat di beri pengertian sebagai data statistik , statistik pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang membahas atau mempelajari dan mengembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu di tempuh atau dipergunakan, dalam rangka megumpulkan, penyusunan, penyajian, penganalisisan bahan keterangan yang berwujud angka.

6. Fungsi dan kegunaan dalam dunia pendidikan
Kemajuan atau perkembangan anak didik setelah mereka menempuh proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu sebenarnya yang bersifat kualitatif, akan tetapi diubah menjadi data yang bersifat kuantitatif karena dalam kegiatan pernilaian hasil pendidikan cara yang paling umum adalah dengan menggunakan data kuantitatif , maka tidak perlu diragukan lagi bahwa statistik dalam hal ini akan mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai alat bantu, yaitu alat bantu untuk memperoleh, menganalisis dan menyimpulkan hasil yang telah di capai dalam kegiatan penilaian tersebut.
a. Memperoleh gambaran baik, gambaran secara khusus maupun gambaran secara umum tentang suatu gejala,keadaan atau peristiwa.
b. mengikuti perkembangan atau pasang surut mengenai gejala keadaan atau peristiwa tersebut, dari waktu ke kewaktu.
c. Melakukan pengujian, apakah gejala yang satu berbeda dengan gejala yang lain ataukah tidak, jika terdapat perbedaan apakah perbedaan itu merupakan perbedaan yang berarti (menyakinkan) ataukah perbedan itu terjadi hanya secara kebetulan saja.
d. Mengetahui, apakah gejala yang satu ada hubungannya dengan gejala yang lain.
e. Menyusun laporan yang berupa data kuantitatif dengan teratur, ringkas dan jelas.
f. Manarik kesimpulan secara logis, mengamil keputusan secara tepat dan mantap, serta dapat memperkirakan atau meramalkan hal-hal yang mungkin terjadi di masa mendatang, dan langkah konkret apa yang kemungkinan perlu dilakukan oleh seorang pendidik.



Sosiologi Pendidikan


NAMA     : Raden Suprapto
KELAS    : IV B
FAK/JUR: Tarbiyah, PAI


Konsep mutu pendidikan direduksi sebatas besaran skor ujian nasional yang mengukur daya serap. Reduksi konsep mutu pendidikan itu telah memperlebar kesenjangan antara idealiasi pendidikan bangsa ini dengan kenyataan praktik pendidikan yang sedang berlangsung. Fenomena yang tampak sekarang adalah praktek pendidikan yang makin mengokohkan pendekatan transfer isi buku teks dan tagihan belajar berupa ukuran daya serap. Konsep mutu pendidikan yang sebatas besaran skor UN dipegangi oleh mayoritas pendidik dan pengambil keputusan pendidikan di negeri ini. Benarkah hasil UN merupakan tolok ukur mutu pendidikan?
Pokok-pokok pikiran Dr. Waras Kamdi, M.Pd
Mutu Pendidikan Terdistorsi, Kecerdasan Hidup Tergadai
Sudah saatnya sekolah melakukan revolusi konsep mutu pendidikan, bergeser dari transfer pengetahuan ke pengembangan kecakapan hidup. Tak mungkin sekolah akan mampu berkejar-kejaran dengan pertumbuhan pengetahuan, jika sekolah menjalankan tugasnya sebagai pentransfer informasi. Pendekatan pembelajaran yang seperti ini tidak lagi memadai untuk misi mendidik anak bangsa yang kita idealisasikan cerdas, kritis, kreatif, berkarakter, bertakwa, profesional, dan berbudaya sebagaimana telah menjadi tujuan pendidikan nasional. Dalam membangun pendidikan yang bermutu, kini sekolah harus mengutamakan paradigma belajar; bukan paradigma tray-out untuk memenuhi hajat rezim ujian nasional.
Di semua jenis dan jenjang, pendidikan yang membelajarkan musti mengedepankan pendekatan rasional dalam proses pengalaman belajar kecakapan berpikir kritis dan kreatif; dan pengalaman belajar itu mengembangkan kemampuan menggunakan pengetahuan secara bermakna untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan menemukan cara atau metode baru. Dalam proses pendidikan itu disenyawakan pendekatan religius dalam pembelajaran untuk mengembangkan kecakapan spiritual, dan kepribadian (sosial, emosional, dan estitika).
Persoalan instrumental input (sarana-prasarana) dapat diselesaikan dengan belanja material. Akan tetapi, persoalan mutu pendidikan amat bergantung pada mutu proses pendidikan. Pemenuhan instrumental input tidak akan serta merta mendongkrak mutu pendidikan tanpa dibangun mutu proses dengan konsepsi, paradigma, dan strategi yang cermat. Dengan demikian, “proyek mutu pendidikan” membutuhkan perangkat konseptual yang mendasar, paradigma baru sebagai landasan berpikir yang kokoh, dan strategi eksekusi yang cermat, serta dilakukan dengan semangat kerja keras dan komitmen yang tinggi (rigorous).
Kecenderungan dan tantangan baru di abad ini pada gilirannya menuntut pembaharuan sistem pendidikan di masa depan. Di antara perubahan penting itu adalah (1) makin pentingnya paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada keunggulan mutu, karakter, dan martabat bangsa; (2) makin pentingnya orientasi kecerdasan hidup bangsa, dan (3) makin pentingnya memperkokoh ketahanan budaya.
Jika kita amati perkembangan masyarakat kita sekarang, kesan yang segera tampak adalah kemerosotan kecakapan hidup, dan terkoyaknya budaya unggul dan martabat bangsa. Krisis bangsa ini telah menembus sendi-sendi kecerdasan hidup. Krisis kecakapan sosial kian meluas ditandai oleh kemerosotan kesantunan, empati, dan sikap kooperatif. Bangsa ini juga mengalami krisis dasar-dasar kecakapan emosional, yang ditandai oleh kecenderungan perilaku impulsif, tidak mampu mengendalikan diri, dan semau gue. Kekacauan supporter sepakbola salah satu contoh yang paling nyata. Bangsa ini juga mengalami erosi kecerdasan personalnya, yang ditandai oleh kurangnya keteguhan hati, ketekunan, sikap ingin tahu, disiplin pribadi, kontrol diri, integritas, motivasi, dan sikap positif. Maraknya plagiarism dan jual-beli gelar juga contoh yang paling nyata. Bangsa ini juga mengalami kemerosotan kecerdasan sosio-civic, yang ditandai oleh merebaknya sikap cuek, mau menang sendiri, korupsi, dan menyerobot hak orang lain, dan sejenisnya. Semua ini karena konsep mutu pendidikan kita tidak pernah melampaui wilayah garapan pengembangan .

Materi PAI SLTP


Bab I
Pendahuluan
  1. Latar Belakang
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pengajaran, serta cara yang digunakan dalam menyelenggarakan belajar mengajar (UU No. 2 Tahun 1989).Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Struktur kurikulum merupakan pola atau susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.

Bab II
Pembahasan
  1. Pengertian Struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola atau susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.
Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah mencakup struktur kurikulum pendidikan umum, struktur kurikulum pendidikan kejuruan dan struktur kurikulum pendidikan khusus.
    • Struktur Kurikulum SMP
Struktur kurikulum SMP meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 6 ayat (1) Menyatakan bahwa Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut .
  1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
  2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
  3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
  4. Kelompok mata pelajaran estetika.
  5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.
  1. Struktur Kurikulum  SMP
  1. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum SMP meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
  1. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
  1. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
  2. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
  3. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
  4. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
  1. Muatan Kurikulum
    1. Mata Pelajaran Wajib
    2. Muatan Lokal
    3. Pengembangan Diri
    4. Pengaturan Beban Belajar
    5. Ketuntasan Belajar
    6. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan
    7. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Struktur Kurikulum SMP

Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu
VII
VIII
IX
    A. Mata Pelajaran



  1. Pendidikan Agama endidikan Agama
2
2
2
2 P 2. Pendidikan Kewarganegaraan ikan Kewarganegaraan
2
2
2
  3. Bahasa Indonesia Indonesia
4
4
4
   B 4. Bahasa Inggris asa Inggris
4
4
4
  5. Matematika tematika
4
4
4
  6. Fisika Pengetahuan Alam
4
4
4
7. I 7. Biologi
u Pengetahuan Sosial
4
4
4
i B  8. Sejarah
2
2
2
  9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2
2
2
10. Keterampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
2
      B. Muatan Lokal
2
2
2
      C. Pengembangan Diri
2*)
2*)
2*)
Jumlah
32
32
32
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

3.      Ruang lingkup SMP
             A.Ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
a.       lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;
b.      mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;
c.       memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
            B. Tujuan
Pendidikan Agama Islam di SMP/MTs bertujuan untuk:
a.       menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
b.      mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
          C. Ruang Lingkup

            Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a.       Al Qur’an dan Hadits
b.      Aqidah
c.       Akhlak
d.      Fiqih
e.       Tarikh dan Kebudayaan Islam.
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

Bab III
Kesimpulan
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut .
  1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
  2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
  3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
  4. Kelompok mata pelajaran estetika.
  5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.
Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

Daftar Pustaka
Mulyasa,E.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah.Jakarta:Bumi Aksara,2009.
---------Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:Sebuah Panduan Praktis.Bandung:Remaja Rosdakarya,2009.
Soeparno dan Ngadiyanto.Mutiara Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam Jilid 1 untuk kelas VII.Solo: PT Tiga Serangkai.2007.
Soepardjo dan Ngadiyanto.Mutiara Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam 2 untuk Kelas VIII SMP. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007.

Logika


BAB I

A. Latar Belakang
Seiring dalam perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan logika dalam berfikir dan membuat aturan. Kebanyakan orang-orang tersebut menganggap remeh tentang logika dan berfikir seenaknya saja, mereka mengiginkan suatu hal yang mudah dan praktis. Sehingga yang terjadi adalah kejanggalan-kejanggalan dalam komunitas mesyarakat banyak.
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar bisa memahami apa itu logika, dan bagaimana memerankannya dalm kehidupan sehari-hari. Dengan adanya logika kita dapat berfikir dan mengambil keputusan yang benar dan tepat dalm memenuhi hajat hidup kita sendiri dan juga masyakat umumnya kita dapat mengartika dan mengambil kesimpulan setelah melalui pemikiran-pemikiran atua pernyataan-pernyataan yang ada, dan kebenaran-kebenaran akan muncul.
Istilah Logika yang dicukkan dicuatkan oleh Prof.Dr.N.Drijarka bahawa logika adlah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia, yang menyebabkan pikiran mencapai kebenaran.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang,maka dapat dirumuskan pada konsep makalah ini adalah:
   1. Apa itu logika.?
   2. Bagaimana pengaruh logika dalam berpikir yang tepat dan benar.?


BAB II
1.      KONSEP DAN TEORI
A. Pengertian Logika
Logika merupakan cabang filsafat dan juaga sebagai cabang ilmu pengetahuan ,logika adalah istilah yang yang dibentuk dari kata logikos, yang berasal dari kata benda logos. Kata  logos berarti suatu yang di utamakan, suatu pertimbangan akal (pikran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa.
Logos berarti yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah.
Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti.
Jika dikonsepkan bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
   1. Setiap mamalia punya sebuah jantung
   2. Semua kuda adalah mamalia
   3. Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
   1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
   2. Kuda Australia punya sebuah jantung
   3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
   4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
   5. Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif dalam logika.
Deduktif Induktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis. Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
B. Bahasa Logika
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Dan khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu, yang dibedakan antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.
Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia karena bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur emotif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik.
Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk.
Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas yang sebagai dasar penalaran adalah proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk.
C. Sejarah Perkembangan Logika
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam buku Organon dikenal di dunia Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran logika berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm yang terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, kedua-duanya bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, terkenal dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak buku-buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak pertengahan abad ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan Augustus de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang cukup luas dan metode analisis menurut matematika, dan Augustus De Morgan (1806-1871) merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan sumbangan besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.

Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi pertumbuhan logika simbolik.
Dalam dunia islam logika berkembang yaitu pada zaman kejayaan islam. Islam ketika itu telah berkembang sampai ke Spanyol di barat dan ke timur mencapi perbatasan Cina. Zaman itu adalah zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan dilakukan penterjemahan buku-buku Yunani kuno, Persia dan Sansekerta ke bahasa Arab di zaman Khalifah Al-Ma’un dari daulat Abbasyiah di Babdad dan Khalifah
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata pelajaran pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan buku-buku berbahasa Arab. Pada masa sekarang ini logika di Indonesia sudah mulai berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada perkembangan teori himpunan.
D. Batasan Logika dari Para Filsuf Ilmuan
Dalam kontek ini bidan penalaran logika sudah banyak mendapat perhatian dari khalayak Indonesia. Hal ini mebuktiakn dari adanya berbagai buku logika yang terbigt dalam bahasa Indonesia, meskipun masih terbatas pada Logika tradisional. Berikut ini beberapa pengertian logika.
ü  Hasbullah Bakry. Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebab pikirannya dapat mencapai kebenaran.
ü  N. Djirkara Logika adalah ilmu pengetahuan yng memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
ü  Fudyartanda. Logika adlah ilmu yang mempelajari tentang kebenaran berpikir
ü  Nurul Huda. Logika adlah olmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapi kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijak sana.
ü  Ir. Poedjawijatna. Logika adalah Filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir denagn semestinya.
ü  A.B. Hutabarat. Logika adalah ilmu berpikir yang tepat, dan sekadar dapat menunjukkakan adanya kekeliruan dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat dielakkan maka hakikat dari Logika dapt pula disebut tknik berfikir.
E. Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan  dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
   1. Objek material, yaitu suatu bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.
   2. Ojek formal, yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan terhadap pengetahuan itu.
Perlu digaris bawahi  yang pantas menjadi suatu objek material suatu ilmu ialah suatu lapang, bidang atau materi yang benar-benar kongkrit dan dapt diamati. Hal itu perlu di pertegaskan jarena kebenaran ilmiah adlah penyesuaian antara apa yang di ketahui dengan objek meteiralnya.
Ada yang mengatakan objek material logika ialah akal budi atau pikiran manusia. Namun , akal budi atau pikiran manusia tidak dapt diamati. Hal itu perlu  ditegaskan karena kebenaran lmiah adalh kesesuaian antara apa yang diketahui dengan objek materialnya.
Aristoteles (384-322) membagi ilmu pengetahuan kedalam tiga komfonen. Pada masa Aristoteles seluruh ilmu pengetuan masih berada dipangkuan atau bahkan di kandungan induknya YaitufFilsafat. Olrh karena itu filsafat masih merangkum seluruh ilmu pengetahuan, maka ap yan disebut filsfat adalh ilmu pengetahuan dan yang disebut ilmu pengetahuan adlah filsafat. Tiga kelompok ilmu pengetahuan tersebut adalah :
1. Filsfat Spekulatif atau Filsafat Teoritis, yang bersifat objektif dan bertujuan pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. Kelompok ini adalah terdiri dari:
              Fisika.
       Metafisika.
       Biopsikologi.
   Teologi.
2. Filsfat praktika, yang memberi pedoman bagi tingkah laku manusia. Kelompok ini terdiri atas:
  Etika.
n Politik.
3. Filsfat produktif,yang membibing manusia menjadi produktif lewat keterampilan khusus. Kelompok ini terdiri atas:
       Kritik sastra.
  Retorika.
  Etestika.
Aristoteles tidak memasukkan logika kedalam salah satu kelompok diatas karena, logika ialah prasyarat bagi ilmu-ilmu lainnya agar lebih dulu dipelajari.