Sabtu, 24 Maret 2012

Filsafat Islam


NAMA            : Raden Suprapto
DOSEN          : Suhermanto Ja’far. M. Hum
KELAS           : IV, B
MATA UJIAN: Filsafat Islam
SEMT/JURSN: IV , Tarbiyah PAI

1.      Menurut saudara samakah filsafat islam dengan filsafat arab? Jelaskan pandangan saudara secara detail mengenai relefansinya dengan filsafat yunani..?
Ø  Pembahasan mengenai hal tersebut  ada masalah yang dihadapi yaitu apakah filsafat itu bercorak Islam atau bercorak Arab.
Ketika filsafat muncul dalam kehidupan Islam, kemudian berkembang sehingga banyak dibicarakanoleh orang-orang Arab, tampillah beberapa filosof seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina dan lain-lain, kaum sejarawan banyak menulis berbagai buku tentang kehidupan, pendapat serta pemikiran mereka. Para penulis buku itu menyebut mereka “kaum filosof Islam”, ada pula yang menamakan “para filosof beragama Islam”,
Filsafat islam lebih umum daripada filsafat arab. Bahwa filsafat islam adalah bukan hanya sekedar agama, akan tetapi juga mengandung unsure kebudayaan dan peradaban. Sejak lahirnya, islam telah merupakan kekuatan politik yang telah berhasil mempersatukan berbgai suku bangsa menjadi satu umat dalam kekhalifahan islam. Dengan memberi predikat arab berarti harus dikeluarkan para filsuf yang bukan bangsa arab,padahal jumlah mereka lebih banyak. Oleh karena itulah maka filsafat islam disini lebih umum daripada filsafat arab. Adapun relevansi (hubungannya) dengan filsafat yunani adalah sangat erat sekali karena memang filsafat yunani sangat berar pengaruhnya terhadap filsafat islam sendiri. Dalam artian bahwa filsafat islam lahir dari filsafat yunani.

2.      Bagaimana menurut pengetahuan saudara mengenai epistimologi islam, jeaskan beserta dalil-dalil naqli.
Ø  Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori/pembicaraan/ilmu. Epistemology merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Dengan pengertian ini, epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila kumpulan pengetahuan yang benar diklasifikasi, atau disusun secara sitematis dengan metode yang benar, maka ia dapat menjadi epistemologi.
Ø  Sebagaimana dijelaskan dalam surat As-Syuura, ayat 17;
الله الذى انزل الكتب بالحق والميزان (الشورا)
Yang artinya:
 “Alla-lah yang menurunkan kitab dengan membawa kebenaran dan menurunkan neraca keadilan”. (As-Syuura: 17)

3.      Mengapa manusia, alam, tuhan menjadi kajian metafisika? Jelaskan beserta dalil-dalil naqli?
Ø  metafisika berasal dari kata,tametata yang artinya melampaui dan ta phisiche yang artinya fisik. Oleh karena itulah, maka objek pembahasan dari metafisika ini adalah hal-hal yang diluar ranah nyata (ghoib),khususnya tentang tuhan. Berbicara masalah tuhan maka juga berarti berbicara atau ada hubungannya dengan kholik yakni tuhan itu sendiri dan tentunya juga makhluk yakni berupa alam dan manusia.
Ø  Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-An’aam, ayat 103;
لا تدركه الابصر وهو يدرك الابصر وهو اللطيف الخبير(الا نعام)


Yang artinya:
“Dia Allah tidak terjangkau dengan penglihatan mata, namun Dia Allah dapat menjaukau semua penglihatan, dan Dia-lah yang maha lembut lagi maha mengetahui segala kejadian”. (Al-An’aam: 103).

4.      Apa yang anda ketahui tentang;
ü  Ontologi;
Ø  Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme.
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persolan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
ü  Aksiologi;
Ø  Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain.

ü  Filsafat ketuhanan
Ø  Filsafat ketuhanan berurusan dengan pembuktian kebenaran adanya Tuhan yang didasarkan pada penalaran manusia. Filsafat ketuhanan  tidak mempersoalkan eksistensi Tuhan, disiplin tersebut hanya ingin menggaris bawahi bahwa apabila tidak ada penyebab pertama yang tidak disebabkan maka kedudukan benda-benda yang relatif-kontingen tidak dapat dipahami akal. Tuhan sebagai obyek kajian metafisika memiliki kekhususan dibanding kedua obyek metafisika lainnya. Apabila manifestasi lahiriah dari semesta maupun jiwa dapat ditangkap indera, maka hal yang sama tidak berlaku bagi realitas ketuhanan.


ILMU, FILSAFAT DALAM AL-QUR’AN

APAKAH ILMU ITU
Perkembangan epistemologi ilmu yang mendiskusikan sekitar masalah bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. kegiatan ilmu itu sendiri masih bersifat spekulatif filosofik karena belum didasarkan atas penelitian secara induktif sebagaimana dalam pengertian sekarang setelah ilmu memisahkan diri dari filsafat. Karena itulah mendiskusikan epistemologi ilmu secara historik tidak mungkin dilepaskan dari kegiatan filsafat yang lahir lebih dahulu sebelum disiplin ilmu. Filsafat lahir di tanah Yunani di tengah-tengah berbagai mitos yang telah ada saat itu. Perkembangan itu ditandai dengan munculnya tesa-tesa baru. Sementara itu mitos tetap seperti apa adanya, tertutup dan berciri irrasional dan tidak ada lagi tambahan ceritera-ceritera baru.

A.Lahirnya Filsafat Protes Terhadap Mitos
Mitos itu berbicara tentang banyak hal; tentang asal usul alam dan manusia, tentang para dewa dan kekuasaan mereka atas alam dan manusia, tentang upacara-upacara untuk mengagungkan para dewa, tentang penyucian diri dari dosa serta hidup sesudah mati. Dalam mitos Yunani disebutkan tentang terciptanya negeri Tuhan mengambil tanah dengan sebuah saringan untuk menciptakan berbagai negeri, demikian mitos Yunani bertutur. Namun ada beberapa batu yang tertinggal di atas saringan tersebut. Melalui pundakNya Tuhan melemparkan batu-batu tersebut dan terciptalah negeri Yunani. Mitos adalah ceritera yang menempatkan dewa, bukan manusia, menjadi pusat perhatian. Unsur-unsur manusia benar-benar dikesampingkan dengan lebih menitikkan pada unsur kedewaan. Menurut van Peursen, mungkin juga orang-orang Yunani merasa kecewa mengenai kelakuan para dewa. Kecewa terutama karena manusia harus belajar menerima takdir sekalipun tidak dapat dimengerti. Filsafat merupakan jalan untuk mengerti sekaligus pembebasan; ajaran-ajaran mitologis mengenai terjadinya para dewa diganti dengan filsafat metafisik, gambaran mitologis tentang asal usul alam diganti dengan filsafat fisika, tentang pembersihan batin diganti dengan filsafat etika. Lahirnya filsafat karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mitos-mitos yang diterima agama atau kepercayaan. Akal manusia tidak puas dengan dongeng-dongeng tersebut karena tidak dapat dibuktikan oleh akal.
B. Filsafat Yunani
1. Pra Sokrates: Zeno dan Alcameon.
Filsafat awal atau pra Sokrates mendiskusikan dua topik utama, yakni tentang materi awal (dasar) alam dan tentang yang tetap dan yang berubah. Mereka yang mendiskusikan tentang materi awal alam antara lain tiga orang dari Miletus, di Asia Minor. Thales (625 – 545) menunjuk air, Anaximander (610 – 540) menunjuk apeiron, suatu substansi yang tak terbatas dan kekal. Anaximenens (538 – 480) menganggap udara sebagai materi awal. Pytagoras (580 – 500 SM) lahir di Samos, Ionia, mengajukan konsep “angka”. Segala sesuatu yang nampak ini merupakan kopi dan imitasi dari angka. Thales dianggap sebagai orang pertama yang merintis pemikiran filsafat, karena itu, arti penting Thales dalam sejarah peradaban tidak pada teori yang dihasilkannya melainkan dalam usaha awalnya memperkenalkan pemikiran rasional menggantikan model mitologi. Tentang teori pengetahuan dikemukakan oleh Alcameon dan Zeno meskipun masih dalam bentuk yang amat sederhana. Alcameon membedakan pengetahuan yang diperoleh melalui indera dan yang melalui pemikiran rasional. Sedangkan Zeno memperkenalkan teori “metode dialektika”.Metode ini dimulai dari asumsi bahwa argumen itu benar dan kemudiankita menghadapkan padanya lawannya.

2. Masa Sokrates
Masa Sokrates itu menunjuk pada filsafat kaum Sofis dan Sokrates itu sendiri. Keduanya mendiskusikan masalah teori pengetahuan, yakni tentang kemungkinan akal menemukan kebenaran universal-obyektif. Teori pengetahuan kaum Sofis hanya sebatas pada persepsi indera, sedangkan Sokrates bergerak jauh dari itu, yakni tidak hanya sebatas fakta yang partikular-inderawi dan subyektif namun bergerak ke arah pembuatan definisi yang memiliki tingkat obyektif dan universal. Tidak ada kebenaran subyektif, yang ada hanyalah pendapat yang subyektif. Sokrates (469 – 399 SM) menghadang perjalanan Sofis melalui metode tanya jawab yang akhirnya menjadikan mereka terdesak, atau karena jawaban-jawaban mereka saling bertentangan dan menyatalah kelemahan-kelemahan. Percaya adanya kebenaran yang obyektif, maka ia menerapkan metode dialektika untuk menemukan kebenaran dari pengetahuan yang semu. Tidak ada hal-hal yang partikular yang mencapai keindahan secara sempurna, akan tetapi mereka dikatakan indah karena keikut sertaan ide indah di dalamnya. Tambahan lagi, benda-benda yang indah itu dapat kehilangan sifat indahnya, namun ide keindahan akan tetap kekal.

3. Plato dan Aristoteles
Plato, murid Sokrates, tertarik pada matematika yang berkepentingan dengan konsep yang universal atau ide, sedangkan Aristoteles pada biologi yang sangat lekat dengan fakta partikular. Plato memandang realitas sesungguhnya adalah ide, dan halhal yang partikular bukanlah realitas melainkan appearance, dunia yang nampak pada indera yang merupakan imitasi dari dunia ide. Aristoteles memandang realitas sesungguhnya adalah dunia partikular abstraksi akal. Beberapa tema yang akan dibahas berkenaan dengan teori pengetahuan Plato (427 – 347) antara lain:
Ø  Pengetahuan yang sesungguhnya, dan kedudukannya.
Ø  Teori innate.
Ø  Tempat ide.
Ø  Cara mengetahui forma atau ide.
Kini kita membicarakan muridnya yang terkenal, Aristoteles – lahir di Stagira di wilayah Thrace (384 – 322) – perintis ilmu empiris. Di bawah ini beberapa pendapat Aristoteles.
Ø  Teori Abstraksi.
Ø  Teori induksi dan investigasi.
Ø  Apriori dan aposteriori
Ø  Teori sebab
Ø  Penanam Embrio Metode Fenomenologi

C. Filsafat Helienia: Tradisi Yunani
Perang saudara yang bergelombang antara Athena dan Sparta yang terkenal dengan perang Pelopponisus (431 – 404) dan perang-perang kecil sesudahnya, secara politik, melemahkan Yunani. Ia jatuh ke tangan Makedonia dengan rajanya yang terkenal bernama Alexander yang Agung yang berhasil memperluas kekuasaannya ke seluruh Asia Minor, Syria, mesir, Babylonia, Persia, Samarkand, Baktria dan Punjah (India). Kematian Alexander mengakhiri kebesaran Makedonia. Kerajaan ini segera pecah menjadi tiga;


1)      Makedonia itu sendiri dan negara-negara satelitnya di Yunani,
2)      Mesir di bawah pemerintahan wangsa Ptolomeus dan
3)      Syria di bawah dinasti Seleusid dengan ibukota Antioch.

D. Filsafat Romawi
Secara politis, zaman Romawi ditandai dengan penaklukan bangsa Romawi atas wilayah-wilayah kekuasaan Makedonia dan Syria serta polis-polis Yunani yang selalu diperebutkan oleh kedua kerajaan tersebut. Hiorace (65 – 8 SM), seorang ahli sastra Romawi melukiskan situasi tersebut dalam kalimatnya yang indah, captive Greece, took Rome captive, dengan menaklukkan Yunani, Roma menjadi tertaklukkan. Karena itu peradaban mereka sering disebut pula dengan Greeco-Roman. . Yunani dan Mesir hingga yang masih mendekati barbar seperti orang-orang Keltik yang berdiam di Britania Utara. Yang akan dibahas di sini adalah Philo, Patristik, dan Plotinus.
1)      Philo (30 SM – 50 M).
2)      Neo-Platonism (Plotinus)

E. Abad Pertengahan
Rentang sejarah abad pertengahan, secara garis besar meliputi periode-periode Abad Kegelapan. Dunia Islam dan Skolastik.  karena watak mereka yang kasar dan tidak berpendidikan yang menjadikan masa-masa kekuasaannya dikenal sejarah dengan istilah “Abad Kegelapan”. Dan abad ini merupakan halaman awal dari “Abad Pertengahan”.

F. Abad Modern: Pemisahan Ilmu dari Agama dan Filsafat
Gejala pemisahan filsafat dari agama telah muncul di dalam perjalanan Abad Pertengahan. Dengan Abad Modern yang diawali oleh gerakan renaissans kita menyaksikan pemisahan ilmu dari agama dan dari filsafat. Pertentangan di sekitar masalah “universal” yang mewarnai perjalanan Abad Pertengahan sudah tidak muncul ke atas permukaan, akan tetapi warisan lainnya dari Abad Pertengahan yang memperoleh perhatian yang semakin meningkat adalah pengaplikasian observasi, eksperimen dan hipotesa ilmiah.


G. Abad Pencerahan: Empiris dan Filsafat Kritik
a         Tentang Pencerahan
Pencerahan secara umum, menurut Peter Gay, berarti sikap kritik terhadap ajaran agama. Mayoritas kaum ini tidak percaya pada mukjizat, dan memandang Tuhan sebagai seorang mekanis dari jagad raya – seperti pembuat arloji. Ia membuat mesin, menentukan hukum-hukumnya kemudian membiarkannya berjalan menurut hukum-hukum itu.

b        Para Pemikir Pencerahan
Diantara para pemikir abad ini adalah:
1)      John Locke (1632-1704).
2)      David Hume (1711-1776)
3)      Immanuel Kant (1724-1804): Filsafat Kritik

H. Abad sembilan belas dan dua puluh: Positivism dan Fenomenologi
1. Positivism Auguste Comte (1798-1857)
Temuan-temuan yang dihasilkan oleh ilmu modern nampaknya memberi pengaruh kuat terhadap A. Comte dalam merumuskan faham filsafatnya yang dikenal dengan “Positivism”. Doktrin filsafatnya yang terkenal adalah hukum tiga tahap; tahap teologi, metafisik dan positif.
2. Fenomenologi Rdmund Husserl (1859-1938)
Jika Comte menghayati kemajuan ilmu alam modern sebagai kekuatan yang menggairahkan dan mengilhami tesa-tesa filsafatnya, sebaliknya Husserl menangkapnya sebagai penyebab krisis filsafat.

I. Ilmu: Pengetahuan Ilmiah
Istilah “pengetahuan” memilki arti yang luas sebab ia mencakup semua produk budaya seperti ide, ideo-logi, faham etika dan hukum, filsafat, sains (ilmu) dan teknologi. Istilah “pengetahuan” memilki arti yang luas sebab ia mencakup semua produk budaya seperti ide, ideo-logi, faham etika dan hukum, filsafat, sains (ilmu) dan teknologi. Uraian singkat di bawah ini akan menyoroti hal-hal yang tidak bisa tidak terlibat dalam proses pencapaian kebenaran ilmiah, yakni observasi, merumuskan hipotesa, teori dan hukum, pembuktian terhadap hipotesa serta masyarakat ilmiah.

1. Observasi
Observasi ilmiah dipertajam oleh adanya bantuan teknologi tertentu.
2. Hipotesa, teori dan hukum
Dalam teori Copernicus, gerak planet mengitari matahari sebagai pusatnya berbentuk lingkaran-bulat.
3. Pembuktian
Kebenaran ilmu adalah kebenaran yang bisa dibuktikan secara empirik. Proposisi yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan secara empirik masuk dalam pengetahuan teologi atau metafisika dan keduanya tidak masuk dalam jenis pengetahuan positif.
4. Masyarakat ilmiah (para ilmuwan, ‘ulama)
Unsur lain dari aktivitas yang disebut dengan ilmiah adalah para ilmuwan. Riset dan temuan-temuan ilmu merupakan perkembangan dari hasil usaha para ilmuwan di seluruh dunia karena watak ilmu adalah internasional.
5. Hakiki ilmu
Sebelum sampai kepada apa hakiki ilmu, nampaknya akan berguna jika diturunkan beberapa definisi mengenai apa ilmu itu.

J. Ilmu di dalam Wawasan Al-Quran
Setelah membahas ilmu, dalam halini bidang epistemologinya dengan pendekatan historik, kini akan dibahas epistemologi yang mengacu kepada al-Quran.
1. Kuantitas
Kata ‘ilm adalah kata dasar (masdar) atau sumber kata. Dari kata dasar ini bisa dibentuk kata lain (mushtaq) baik dalam bentuk isim maupun fi’il (kata kerja).
2. Ide Metafisika dan Fakta Empirika
Risalah pokok yang ditugaskan Allah kepada Nabi Muhammad saw adalah masalah keimanan dan keislaman. Meski demikia, wahyu pertama yang diturunkan kepadanya tidak langsung berisi masalah pokok tersebut, melainkan berisi epistemologi ilmu.
3. Yang empirik dan yang innate
Al-Quran mengisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan yang kasbi (diusahakan) berwatak empirik, sedangkan ide tentang adanya Tuhan bersifat innate. Dalam Surah al-Nahl (S. 16): 78 dinyatakan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan akal budi agar kamu bersyukur.
4. Observasi
Dalam aktivitas ilmiah, observasi merupakan salah satu unsur yang amat penting peranannya. Seperti yang telah disinggung di atas, observasi menghasilkan suatu hipotesa.

E. Tentang batasan iman
Iman itu ada di dalam hati, tidak boleh tercampur dengan ragu-ragu dan karena itu tidak boleh mengikut secara taklid belaka; ia bisa bertambah, artinya, bertambah mantap tertanam di dalam hati, dan ia memiliki peluang membentuk sebuah kepribadian yang etis dan moralis di dasarkan atas keimanannya.
Inilah yang akan menjadi bahasan pada sub bab ini.
1. Tempat dan ta’rif iman
Al-Quran menyatakan, S. 49 (al-Hujurat) : 14-15; dan lagi sabdanya nabi,
Nabi Muhammad saw bersabda bahwa amal yang paling utama adalah iman yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya. ‘Ali bin Abi Talib berpendapat:
Iman adalah pengakuan dengan lesan, meyakini di dalam hati dan mengamalkan dengan anggota badan.
2. Iman: kualitas dan kuantitas
Jika air dipanasi dengan api, ia tidak hanya berubah menjadi hangat atau panas melainkan pada akhirnya bisa mengubah zat cair menjadi uap. Demikian Stumpf memberikan penjelasan teori perubahan.
3. Iman bertambah dan berkurang
Ada beberapa ayat al-Quran yang berbicara mengenai bertambahnya iman.
Dalam S. 8 (al-Anfal) : 2;
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemeterlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
4. Iman dan pembentukan kepribadian
Diantara kualitas-kualitas baru yang dilahirkan oleh hati yang beriman, menurut ideal al-Quran, adalah hati menjadi dzikr kepada Allah dan menghasilkan ketenangan hati dan jiwa.
Di sebutkan di dalam S. 13 (al-Ra’d) : 28;
Orang-orang yang beriman dan hati mereka ten-teram karena dzikr kepada Allah; ingatlah, dengan dzikr kepada Allahlah hati menjadi tenteram.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar