NAMA : Raden Suprapto
DOSEN : Suhermanto Ja’far. M. Hum
KELAS : IV, B
MATA UJIAN: Filsafat Islam
SEMT/JURSN: IV , Tarbiyah PAI
1.
Menurut saudara samakah filsafat
islam dengan filsafat arab? Jelaskan pandangan saudara secara detail mengenai
relefansinya dengan filsafat yunani..?
Ø
Pembahasan mengenai hal tersebut ada masalah yang dihadapi yaitu apakah
filsafat itu bercorak Islam atau bercorak Arab.
Ketika
filsafat muncul dalam kehidupan Islam, kemudian berkembang sehingga banyak
dibicarakanoleh orang-orang Arab, tampillah beberapa filosof seperti Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibn Sina dan lain-lain, kaum sejarawan banyak menulis berbagai buku
tentang kehidupan, pendapat serta pemikiran mereka. Para penulis buku itu
menyebut mereka “kaum filosof Islam”, ada pula yang menamakan “para
filosof beragama Islam”,
Filsafat islam lebih umum daripada filsafat arab. Bahwa filsafat islam
adalah bukan hanya sekedar agama, akan tetapi juga mengandung unsure kebudayaan
dan peradaban. Sejak lahirnya, islam telah merupakan kekuatan politik yang
telah berhasil mempersatukan berbgai suku bangsa menjadi satu umat dalam
kekhalifahan islam. Dengan memberi predikat arab berarti harus dikeluarkan para
filsuf yang bukan bangsa arab,padahal jumlah mereka lebih banyak. Oleh karena
itulah maka filsafat islam disini lebih umum daripada filsafat arab. Adapun
relevansi (hubungannya) dengan filsafat yunani adalah sangat erat sekali karena
memang filsafat yunani sangat berar pengaruhnya terhadap filsafat islam
sendiri. Dalam artian bahwa filsafat islam lahir dari filsafat yunani.
2.
Bagaimana menurut pengetahuan
saudara mengenai epistimologi islam, jeaskan beserta dalil-dalil naqli.
Ø
Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu
episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti
teori/pembicaraan/ilmu. Epistemology merupakan
cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling
sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa
itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan
kebenaran dan keyakinan. Dengan pengertian ini, epistemologi tentu saja menentukan
karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran macam apa yang dianggap patut
diterima dan apa yang patut ditolak. Bila kumpulan pengetahuan
yang benar diklasifikasi, atau disusun secara sitematis dengan metode yang
benar, maka ia dapat menjadi epistemologi.
Ø Sebagaimana dijelaskan dalam surat As-Syuura,
ayat 17;
الله الذى انزل
الكتب بالحق والميزان (الشورا)
Yang artinya:
“Alla-lah yang menurunkan kitab dengan
membawa kebenaran dan menurunkan neraca keadilan”. (As-Syuura: 17)
3. Mengapa manusia, alam, tuhan menjadi kajian metafisika? Jelaskan
beserta dalil-dalil naqli?
Ø
metafisika berasal dari
kata,tametata yang artinya melampaui dan ta phisiche yang artinya
fisik. Oleh karena itulah, maka objek pembahasan dari metafisika ini adalah
hal-hal yang diluar ranah nyata (ghoib),khususnya tentang tuhan. Berbicara
masalah tuhan maka juga berarti berbicara atau ada hubungannya dengan kholik
yakni tuhan itu sendiri dan tentunya juga makhluk yakni berupa alam
dan manusia.
Ø Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-An’aam,
ayat 103;
لا تدركه
الابصر وهو يدرك الابصر وهو اللطيف الخبير(الا نعام)
Yang artinya:
“Dia Allah
tidak terjangkau dengan penglihatan mata, namun Dia Allah dapat menjaukau semua
penglihatan, dan Dia-lah yang maha lembut lagi maha mengetahui segala
kejadian”. (Al-An’aam: 103).
4. Apa yang anda ketahui tentang;
ü
Ontologi;
Ø
Ontologi merupakan cabang
teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran ini
muncul empat macam aliran filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2) aliran
Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme.
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan
munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persolan ontologi orang
menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada
ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang
pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang
berupa rohani (kejiwaan).
ü
Aksiologi;
Ø
Pengertian aksiologi
berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan
etika dan estetika. Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika
merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan-perbuatan manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai
untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain.
ü
Filsafat ketuhanan
Ø Filsafat ketuhanan
berurusan dengan pembuktian kebenaran adanya Tuhan yang didasarkan pada
penalaran manusia. Filsafat ketuhanan
tidak mempersoalkan eksistensi Tuhan, disiplin tersebut hanya ingin
menggaris bawahi bahwa apabila tidak ada penyebab pertama yang tidak disebabkan
maka kedudukan benda-benda yang relatif-kontingen tidak dapat dipahami akal. Tuhan sebagai obyek kajian metafisika memiliki kekhususan
dibanding kedua obyek metafisika lainnya. Apabila manifestasi lahiriah dari
semesta maupun jiwa dapat ditangkap indera, maka hal yang sama tidak berlaku
bagi realitas ketuhanan.
ILMU, FILSAFAT DALAM AL-QUR’AN
APAKAH ILMU ITU
Perkembangan epistemologi ilmu yang
mendiskusikan sekitar masalah bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh.
kegiatan ilmu itu sendiri masih bersifat spekulatif filosofik karena belum
didasarkan atas penelitian secara induktif sebagaimana dalam pengertian
sekarang setelah ilmu memisahkan diri dari filsafat. Karena itulah
mendiskusikan epistemologi ilmu secara historik tidak mungkin dilepaskan dari
kegiatan filsafat yang lahir lebih dahulu sebelum disiplin ilmu. Filsafat lahir
di tanah Yunani di tengah-tengah berbagai mitos yang telah ada saat itu.
Perkembangan itu ditandai dengan munculnya tesa-tesa baru. Sementara itu mitos
tetap seperti apa adanya, tertutup dan berciri irrasional dan tidak ada lagi tambahan
ceritera-ceritera baru.
A.Lahirnya Filsafat Protes Terhadap Mitos
Mitos itu berbicara tentang banyak hal; tentang
asal usul alam dan manusia, tentang para dewa dan kekuasaan mereka atas alam
dan manusia, tentang upacara-upacara untuk mengagungkan para dewa, tentang
penyucian diri dari dosa serta hidup sesudah mati. Dalam mitos Yunani
disebutkan tentang terciptanya negeri Tuhan mengambil tanah dengan sebuah
saringan untuk menciptakan berbagai negeri, demikian mitos Yunani bertutur.
Namun ada beberapa batu yang tertinggal di atas saringan tersebut. Melalui
pundakNya Tuhan melemparkan batu-batu tersebut dan terciptalah negeri Yunani.
Mitos adalah ceritera yang menempatkan dewa, bukan manusia, menjadi pusat
perhatian. Unsur-unsur manusia benar-benar dikesampingkan dengan lebih menitikkan
pada unsur kedewaan. Menurut van Peursen, mungkin juga orang-orang Yunani
merasa kecewa mengenai kelakuan para dewa. Kecewa terutama karena manusia harus
belajar menerima takdir sekalipun tidak dapat dimengerti. Filsafat merupakan
jalan untuk mengerti sekaligus pembebasan; ajaran-ajaran mitologis mengenai
terjadinya para dewa diganti dengan filsafat metafisik, gambaran mitologis
tentang asal usul alam diganti dengan filsafat fisika, tentang pembersihan
batin diganti dengan filsafat etika. Lahirnya filsafat karena kemenangan akal
atas dongeng-dongeng atau mitos-mitos yang diterima agama atau kepercayaan.
Akal manusia tidak puas dengan dongeng-dongeng tersebut karena tidak dapat
dibuktikan oleh akal.
B. Filsafat Yunani
1. Pra Sokrates: Zeno dan Alcameon.
Filsafat awal atau pra Sokrates mendiskusikan
dua topik utama, yakni tentang materi awal (dasar) alam dan tentang yang tetap
dan yang berubah. Mereka yang mendiskusikan tentang materi awal alam antara
lain tiga orang dari Miletus, di Asia Minor. Thales (625 – 545) menunjuk air,
Anaximander (610 – 540) menunjuk apeiron, suatu substansi yang tak terbatas dan
kekal. Anaximenens (538 – 480) menganggap udara sebagai materi awal. Pytagoras
(580 – 500 SM) lahir di Samos, Ionia, mengajukan konsep “angka”. Segala sesuatu
yang nampak ini merupakan kopi dan imitasi dari angka. Thales dianggap sebagai
orang pertama yang merintis pemikiran filsafat, karena itu, arti penting Thales
dalam sejarah peradaban tidak pada teori yang dihasilkannya melainkan dalam
usaha awalnya memperkenalkan pemikiran rasional menggantikan model mitologi.
Tentang teori pengetahuan dikemukakan oleh Alcameon dan Zeno meskipun masih
dalam bentuk yang amat sederhana. Alcameon membedakan pengetahuan yang
diperoleh melalui indera dan yang melalui pemikiran rasional. Sedangkan Zeno
memperkenalkan teori “metode dialektika”.Metode ini dimulai dari asumsi bahwa
argumen itu benar dan kemudiankita menghadapkan padanya lawannya.
2. Masa Sokrates
Masa Sokrates itu menunjuk pada filsafat kaum
Sofis dan Sokrates itu sendiri. Keduanya mendiskusikan masalah teori
pengetahuan, yakni tentang kemungkinan akal menemukan kebenaran
universal-obyektif. Teori pengetahuan kaum Sofis hanya sebatas pada persepsi indera,
sedangkan Sokrates bergerak jauh dari itu, yakni tidak hanya sebatas fakta yang
partikular-inderawi dan subyektif namun bergerak ke arah pembuatan definisi
yang memiliki tingkat obyektif dan universal. Tidak ada kebenaran subyektif,
yang ada hanyalah pendapat yang subyektif. Sokrates (469 – 399 SM) menghadang
perjalanan Sofis melalui metode tanya jawab yang akhirnya menjadikan mereka
terdesak, atau karena jawaban-jawaban mereka saling bertentangan dan menyatalah
kelemahan-kelemahan. Percaya adanya kebenaran yang obyektif, maka ia menerapkan
metode dialektika untuk menemukan kebenaran dari pengetahuan yang semu. Tidak
ada hal-hal yang partikular yang mencapai keindahan secara sempurna, akan
tetapi mereka dikatakan indah karena keikut sertaan ide indah di dalamnya. Tambahan
lagi, benda-benda yang indah itu dapat kehilangan sifat indahnya, namun ide keindahan
akan tetap kekal.
3. Plato dan Aristoteles
Plato, murid Sokrates, tertarik pada matematika
yang berkepentingan dengan konsep yang universal atau ide, sedangkan
Aristoteles pada biologi yang sangat lekat dengan fakta partikular. Plato
memandang realitas sesungguhnya adalah ide, dan halhal yang partikular bukanlah
realitas melainkan appearance, dunia yang nampak pada indera yang
merupakan imitasi dari dunia ide. Aristoteles memandang realitas sesungguhnya
adalah dunia partikular abstraksi akal. Beberapa tema yang akan dibahas
berkenaan dengan teori pengetahuan Plato (427 – 347) antara lain:
Ø
Pengetahuan yang sesungguhnya, dan
kedudukannya.
Ø
Teori innate.
Ø
Tempat ide.
Ø
Cara mengetahui forma atau ide.
Kini kita membicarakan muridnya yang terkenal,
Aristoteles – lahir di Stagira di wilayah Thrace (384 – 322) – perintis ilmu
empiris. Di bawah ini beberapa pendapat Aristoteles.
Ø
Teori Abstraksi.
Ø
Teori induksi dan investigasi.
Ø Apriori dan aposteriori
Ø
Teori sebab
Ø
Penanam Embrio Metode Fenomenologi
C. Filsafat Helienia: Tradisi Yunani
Perang saudara yang bergelombang antara Athena
dan Sparta yang terkenal dengan perang Pelopponisus (431 – 404) dan
perang-perang kecil sesudahnya, secara politik, melemahkan Yunani. Ia jatuh ke
tangan Makedonia dengan rajanya yang terkenal bernama Alexander yang Agung yang
berhasil memperluas kekuasaannya ke seluruh Asia Minor, Syria, mesir,
Babylonia, Persia, Samarkand, Baktria dan Punjah (India). Kematian Alexander
mengakhiri kebesaran Makedonia. Kerajaan ini segera pecah menjadi tiga;
1)
Makedonia itu sendiri dan negara-negara
satelitnya di Yunani,
2)
Mesir di bawah pemerintahan wangsa Ptolomeus
dan
3)
Syria di bawah dinasti Seleusid dengan ibukota
Antioch.
D. Filsafat Romawi
Secara politis, zaman Romawi ditandai dengan
penaklukan bangsa Romawi atas wilayah-wilayah kekuasaan Makedonia dan Syria
serta polis-polis Yunani yang selalu diperebutkan oleh kedua kerajaan tersebut.
Hiorace (65 – 8 SM), seorang ahli sastra Romawi melukiskan situasi tersebut
dalam kalimatnya yang indah, captive Greece, took Rome captive,
dengan menaklukkan Yunani, Roma menjadi tertaklukkan. Karena itu peradaban
mereka sering disebut pula dengan Greeco-Roman. . Yunani dan Mesir
hingga yang masih mendekati barbar seperti orang-orang Keltik yang berdiam di
Britania Utara. Yang akan dibahas di sini adalah Philo, Patristik, dan
Plotinus.
1)
Philo (30 SM – 50 M).
2)
Neo-Platonism (Plotinus)
E. Abad Pertengahan
Rentang sejarah abad pertengahan, secara garis
besar meliputi periode-periode Abad Kegelapan. Dunia Islam dan Skolastik. karena watak mereka yang kasar dan tidak berpendidikan
yang menjadikan masa-masa kekuasaannya dikenal sejarah dengan istilah “Abad
Kegelapan”. Dan abad ini merupakan halaman awal dari “Abad Pertengahan”.
F. Abad Modern: Pemisahan Ilmu dari Agama dan
Filsafat
Gejala pemisahan filsafat dari agama telah
muncul di dalam perjalanan Abad Pertengahan. Dengan Abad Modern yang diawali
oleh gerakan renaissans kita menyaksikan pemisahan ilmu dari agama dan dari
filsafat. Pertentangan di sekitar masalah “universal” yang mewarnai perjalanan
Abad Pertengahan sudah tidak muncul ke atas permukaan, akan tetapi warisan
lainnya dari Abad Pertengahan yang memperoleh perhatian yang semakin meningkat
adalah pengaplikasian observasi, eksperimen dan hipotesa ilmiah.
G. Abad Pencerahan: Empiris dan Filsafat Kritik
a
Tentang Pencerahan
Pencerahan secara umum, menurut Peter Gay,
berarti sikap kritik terhadap ajaran agama. Mayoritas kaum ini tidak percaya
pada mukjizat, dan memandang Tuhan sebagai seorang mekanis dari jagad raya –
seperti pembuat arloji. Ia membuat mesin, menentukan hukum-hukumnya kemudian
membiarkannya berjalan menurut hukum-hukum itu.
b
Para Pemikir Pencerahan
Diantara para pemikir abad ini adalah:
1)
John Locke (1632-1704).
2)
David Hume (1711-1776)
3)
Immanuel Kant (1724-1804): Filsafat Kritik
H. Abad sembilan belas dan dua puluh:
Positivism dan Fenomenologi
1. Positivism Auguste Comte (1798-1857)
Temuan-temuan yang dihasilkan oleh ilmu modern
nampaknya memberi pengaruh kuat terhadap A. Comte dalam merumuskan faham
filsafatnya yang dikenal dengan “Positivism”. Doktrin filsafatnya yang terkenal
adalah hukum tiga tahap; tahap teologi, metafisik dan positif.
2. Fenomenologi Rdmund Husserl (1859-1938)
Jika Comte menghayati kemajuan ilmu alam modern
sebagai kekuatan yang menggairahkan dan mengilhami tesa-tesa filsafatnya,
sebaliknya Husserl menangkapnya sebagai penyebab krisis filsafat.
I. Ilmu: Pengetahuan Ilmiah
Istilah “pengetahuan” memilki arti yang luas
sebab ia mencakup semua produk budaya seperti ide, ideo-logi, faham etika dan
hukum, filsafat, sains (ilmu) dan teknologi. Istilah “pengetahuan” memilki arti
yang luas sebab ia mencakup semua produk budaya seperti ide, ideo-logi, faham
etika dan hukum, filsafat, sains (ilmu) dan teknologi. Uraian singkat di bawah ini
akan menyoroti hal-hal yang tidak bisa tidak terlibat dalam proses pencapaian
kebenaran ilmiah, yakni observasi, merumuskan hipotesa, teori dan hukum,
pembuktian terhadap hipotesa serta masyarakat ilmiah.
1. Observasi
Observasi ilmiah dipertajam oleh adanya bantuan
teknologi tertentu.
2. Hipotesa, teori dan hukum
Dalam teori Copernicus, gerak planet mengitari
matahari sebagai pusatnya berbentuk lingkaran-bulat.
3. Pembuktian
Kebenaran ilmu adalah kebenaran yang bisa
dibuktikan secara empirik. Proposisi yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan
secara empirik masuk dalam pengetahuan teologi atau metafisika dan keduanya
tidak masuk dalam jenis pengetahuan positif.
4. Masyarakat ilmiah (para ilmuwan, ‘ulama)
Unsur lain dari aktivitas yang disebut dengan
ilmiah adalah para ilmuwan. Riset dan temuan-temuan ilmu merupakan perkembangan
dari hasil usaha para ilmuwan di seluruh dunia karena watak ilmu adalah
internasional.
5. Hakiki ilmu
Sebelum sampai kepada apa hakiki ilmu,
nampaknya akan berguna jika diturunkan beberapa definisi mengenai apa ilmu itu.
J. Ilmu di dalam Wawasan Al-Quran
Setelah membahas ilmu, dalam halini bidang
epistemologinya dengan pendekatan historik, kini akan dibahas epistemologi yang
mengacu kepada al-Quran.
1. Kuantitas
Kata ‘ilm adalah kata dasar (masdar)
atau sumber kata. Dari kata dasar ini bisa dibentuk kata lain (mushtaq)
baik dalam bentuk isim maupun fi’il (kata kerja).
2. Ide Metafisika dan Fakta Empirika
Risalah pokok yang ditugaskan Allah kepada Nabi
Muhammad saw adalah masalah keimanan dan keislaman. Meski demikia, wahyu
pertama yang diturunkan kepadanya tidak langsung berisi masalah pokok tersebut,
melainkan berisi epistemologi ilmu.
3. Yang empirik dan yang innate
Al-Quran mengisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan
yang kasbi (diusahakan) berwatak empirik, sedangkan ide tentang adanya
Tuhan bersifat innate. Dalam Surah al-Nahl (S. 16): 78 dinyatakan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan akal budi agar kamu bersyukur.
4. Observasi
Dalam aktivitas ilmiah, observasi merupakan
salah satu unsur yang amat penting peranannya. Seperti yang telah disinggung di
atas, observasi menghasilkan suatu hipotesa.
E. Tentang batasan iman
Iman itu ada di dalam hati, tidak boleh
tercampur dengan ragu-ragu dan karena itu tidak boleh mengikut secara taklid
belaka; ia bisa bertambah, artinya, bertambah mantap tertanam di dalam hati,
dan ia memiliki peluang membentuk sebuah kepribadian yang etis dan moralis di
dasarkan atas keimanannya.
Inilah yang akan menjadi bahasan pada sub bab
ini.
1. Tempat dan ta’rif iman
Al-Quran menyatakan, S. 49 (al-Hujurat) :
14-15; dan lagi sabdanya nabi,
Nabi Muhammad saw bersabda bahwa amal yang
paling utama adalah iman yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya. ‘Ali bin Abi
Talib berpendapat:
Iman adalah pengakuan dengan lesan, meyakini di
dalam hati dan mengamalkan dengan anggota badan.
2. Iman: kualitas dan kuantitas
Jika air dipanasi dengan api, ia tidak hanya berubah
menjadi hangat atau panas melainkan pada akhirnya bisa mengubah zat cair
menjadi uap. Demikian Stumpf memberikan penjelasan teori perubahan.
3. Iman bertambah dan berkurang
Ada beberapa ayat al-Quran yang berbicara
mengenai bertambahnya iman.
Dalam S. 8 (al-Anfal) : 2;
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemeterlah hati mereka dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
4. Iman dan pembentukan kepribadian
Diantara kualitas-kualitas baru yang dilahirkan
oleh hati yang beriman, menurut ideal al-Quran, adalah hati menjadi dzikr kepada
Allah dan menghasilkan ketenangan hati dan jiwa.
Di sebutkan di dalam S. 13 (al-Ra’d) : 28;
Orang-orang yang beriman dan hati mereka
ten-teram karena dzikr kepada Allah; ingatlah, dengan dzikr kepada
Allahlah hati menjadi tenteram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar