BAB I
A. Latar Belakang
Seiring dalam perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan logika
dalam berfikir dan membuat aturan. Kebanyakan orang-orang tersebut menganggap
remeh tentang logika dan berfikir seenaknya saja, mereka mengiginkan suatu hal
yang mudah dan praktis. Sehingga yang terjadi adalah kejanggalan-kejanggalan
dalam komunitas mesyarakat banyak.
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar bisa memahami apa itu
logika, dan bagaimana memerankannya dalm kehidupan sehari-hari. Dengan adanya
logika kita dapat berfikir dan mengambil keputusan yang benar dan tepat dalm
memenuhi hajat hidup kita sendiri dan juga masyakat umumnya kita dapat
mengartika dan mengambil kesimpulan setelah melalui pemikiran-pemikiran atua
pernyataan-pernyataan yang ada, dan kebenaran-kebenaran akan muncul.
Istilah Logika yang dicukkan dicuatkan oleh Prof.Dr.N.Drijarka
bahawa logika adlah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau
bentuk pikiran manusia, yang menyebabkan pikiran mencapai kebenaran.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang,maka dapat dirumuskan pada konsep
makalah ini adalah:
1. Apa itu logika.?
2. Bagaimana pengaruh
logika dalam berpikir yang tepat dan benar.?
BAB II
1.
KONSEP DAN TEORI
A. Pengertian Logika
Logika merupakan cabang filsafat dan juaga sebagai cabang ilmu
pengetahuan ,logika adalah istilah yang yang dibentuk dari kata logikos, yang
berasal dari kata benda logos. Kata
logos berarti suatu yang di utamakan, suatu pertimbangan akal (pikran),
kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa.
Logos berarti yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan
sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi
sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan
penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika
didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya
bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu
kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan
runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti
dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep
yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam
bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan.
Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya
menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika
diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula
penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang
dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif.
Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan
sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang
terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai
dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena
proses penyimpulannya adalah tepat dan sah.
Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk
pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika
deduktif disebut pula logika formal.
Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah
prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu
kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika
material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung
kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah
keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya
maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti.
Jika dikonsepkan bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu
menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk
logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk
menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau
bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles
dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif kadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang
membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari
premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan
benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika
kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
1. Setiap mamalia punya
sebuah jantung
2. Semua kuda adalah
mamalia
3. Setiap kuda punya
sebuah jantung
Penalaran induktif kadang disebut logika induktif adalah penalaran
yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan
umum.
Contoh argumen induktif:
1. Kuda Sumba punya sebuah
jantung
2. Kuda Australia punya
sebuah jantung
3. Kuda Amerika punya
sebuah jantung
4. Kuda Inggris punya
sebuah jantung
5. Setiap kuda punya
sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan
penalaran induktif dan deduktif dalam logika.
Deduktif Induktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar Jika premis
benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara
implisit, dalam premis. Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara
implisit, dalam premis.
B. Bahasa Logika
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat
komunikasi manusia. Dan khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa
ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau
pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam pembentukan penalaran
ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian
yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas.
Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa
alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu,
yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa
isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian
rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu,
yang dibedakan antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan
inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan
oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau
lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.
Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat
komunikasi manusia karena bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi
ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan
logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan
adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan
baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur
emotif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat
deklaratif jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik.
Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk
hubungan makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan
proposisi. Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara
3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk.
Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas yang sebagai dasar
penalaran adalah proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi
majemuk untuk penalaran majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel
pengolahannya dapat masuk dalam penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam
penalaran majemuk.
C. Sejarah Perkembangan Logika
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai
sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari
setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama
“analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika
diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam logika
ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah
sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), seorang
ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran logika.
Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam
bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan
sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian,
logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang
terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles
dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya.
Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan
menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam buku Organon dikenal di
dunia Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung penyalinan-penyalinan yang
sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke dalam bahasa Latin.
Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia Barat kembali akan
alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran logika
berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi
buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang
mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam
perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak
Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa terhadap
logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih luas. Serangan
Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai kalangan di
Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain penulis
di antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia menganjurkan penggantian
pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih
mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli matematika
dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan
lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm yang terkenal dengan
sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi
dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan
induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran
mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, kedua-duanya bukan
merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling
membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, terkenal
dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak buku-buku
baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak pertengahan abad ke-19
mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik. Pelopor
logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan Augustus
de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang cukup luas
dan metode analisis menurut matematika, dan Augustus De Morgan (1806-1871)
merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan sumbangan besar kepada
logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia
berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram
lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram)
untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari
silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara
subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal abad
ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris Alfred
North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia
Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis
Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi
pertumbuhan logika simbolik.
Dalam dunia islam logika berkembang yaitu pada zaman kejayaan
islam. Islam ketika itu telah berkembang sampai ke Spanyol di barat dan ke
timur mencapi perbatasan Cina. Zaman itu adalah zaman perkembangan ilmu
pengetahuan dan dilakukan penterjemahan buku-buku Yunani kuno, Persia dan
Sansekerta ke bahasa Arab di zaman Khalifah Al-Ma’un dari daulat Abbasyiah di
Babdad dan Khalifah
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata
pelajaran pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada
pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan
buku-buku berbahasa Arab. Pada masa sekarang ini logika di Indonesia sudah
mulai berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada
perkembangan teori himpunan.
D. Batasan Logika dari Para Filsuf Ilmuan
Dalam kontek ini bidan penalaran logika sudah banyak mendapat
perhatian dari khalayak Indonesia. Hal ini mebuktiakn dari adanya berbagai buku
logika yang terbigt dalam bahasa Indonesia, meskipun masih terbatas pada Logika
tradisional. Berikut ini beberapa pengertian logika.
ü Hasbullah Bakry. Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur
penitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebab pikirannya dapat mencapai
kebenaran.
ü N. Djirkara Logika adalah ilmu pengetahuan yng memandang
hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat
mencapai kebenaran.
ü Fudyartanda. Logika adlah ilmu yang mempelajari tentang kebenaran
berpikir
ü Nurul Huda. Logika adlah olmu yang mempelajari dan merumuskan
kaidah-kaidah dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis
bagi mencapi kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijak sana.
ü Ir. Poedjawijatna. Logika adalah Filsafat budi (manusia) yang
mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir denagn
semestinya.
ü A.B. Hutabarat. Logika adalah ilmu berpikir yang tepat, dan sekadar
dapat menunjukkakan adanya kekeliruan dalam rantai proses pemikiran sehingga
kekeliruan itu dapat dielakkan maka hakikat dari Logika dapt pula disebut tknik
berfikir.
E. Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu
objek material dan objek formal.
1. Objek material, yaitu
suatu bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek
material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu
disiplin ilmu.
2. Ojek formal, yaitu
sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
terhadap pengetahuan itu.
Perlu digaris bawahi yang
pantas menjadi suatu objek material suatu ilmu ialah suatu lapang, bidang atau
materi yang benar-benar kongkrit dan dapt diamati. Hal itu perlu di pertegaskan
jarena kebenaran ilmiah adlah penyesuaian antara apa yang di ketahui dengan
objek meteiralnya.
Ada yang mengatakan objek material logika ialah akal budi atau
pikiran manusia. Namun , akal budi atau pikiran manusia tidak dapt diamati. Hal
itu perlu ditegaskan karena kebenaran
lmiah adalh kesesuaian antara apa yang diketahui dengan objek materialnya.
Aristoteles (384-322) membagi ilmu pengetahuan kedalam tiga
komfonen. Pada masa Aristoteles seluruh ilmu pengetuan masih berada dipangkuan
atau bahkan di kandungan induknya YaitufFilsafat. Olrh karena itu filsafat
masih merangkum seluruh ilmu pengetahuan, maka ap yan disebut filsfat adalh
ilmu pengetahuan dan yang disebut ilmu pengetahuan adlah filsafat. Tiga
kelompok ilmu pengetahuan tersebut adalah :
1. Filsfat Spekulatif atau Filsafat Teoritis, yang bersifat
objektif dan bertujuan pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. Kelompok ini
adalah terdiri dari:
Fisika.
Metafisika.
Metafisika.
Biopsikologi.
Teologi.
2. Filsfat praktika, yang memberi pedoman bagi tingkah laku
manusia. Kelompok ini terdiri atas:
Etika.
n Politik.
3. Filsfat produktif,yang membibing manusia menjadi produktif lewat
keterampilan khusus. Kelompok ini terdiri atas:
Kritik sastra.
Retorika.
Etestika.
Aristoteles tidak memasukkan logika kedalam salah satu kelompok
diatas karena, logika ialah prasyarat bagi ilmu-ilmu lainnya agar lebih dulu dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar