Sabtu, 24 Maret 2012

Sejarah Peradaban Islam


BAB I
PENDAHULUAN
Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al-Hadharah al-Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata : “kebudayaan” (Arab/al-tsaqafah dan culture/Inggris) dengan “peradaban” (civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan, manifestasi-manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Peradaban dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat (Khulafaur Rasyidin),dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan di abaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada peradaban islam yang masuk ke eropa melalui spanyol. Islam memang berbeda dari agama-agama lain, sebagaimana pernah diungkapkan oleh H.A.R. Gibb dalam bukunya Whither Islam kemudian dikutip M.Natsir, bahwa, “Islam is andeed much more than a system of theology, it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Landasan “peradaban islam” adalah “kebudayaan islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan “kebudayaan islam” adalah agama. Jadi, dalam islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama “bumi” (nonsamawi), agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari tuhan



BAB II
PEMBAHASAN
PERADABAN MUSLIM SPANYOL

A.     Masuknya Islam ke Spanyol
Spanyol diduduki umat islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari bani umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan spanyol, umat islam telah menguasai afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas afrika utara itu terjadi di zaman khalifah Abdul Malik (685-705). Khalifah Abdul Al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man Al- Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaan-kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Thariq ibn Ziad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang arab yang dikirim Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyebrangi selat itu dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor eksteral adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi social, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersama dengan itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalgi terhadap penganut agama lain, yahudi. Penganut agama yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi kamelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu spanyol berada dibawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah spanyol berada dibawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun.
Buruknya kondisi social, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Goth adalah ketika raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa aas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Mereka pergi ke Afrika Utara dan ergabung dengan kaum muslimin. Sementar itu, terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septan. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian buhkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq, dan musa. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk spanyol menyambut kehadiran Islam disana.  

B.     Perkembangan Sosial Politik Dakwah Islam di Spanyol

Perkembangan Islam di Spanyol penguasaan ummat islam terhadap Andalusia dapat di bagi menjadi beberapa pereode:
1.      Pereode Pertama
Pereode pertama antara tahun 711-755 M, Andalusia diperintah oleh para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Secara politis pereode ini Andalus masih banyak perebutan kekuasaan tau belum stabil.
2.      PereodeKedua
Pereode antara tahun 755-1013 M pada waktu Andalus dikuasai oleh daulah Bani Umayyah II. Pereode ini dibagi dua:
a)      Masa keamiran tahun 755-912, masa ini dimulai ketika Abdurrahman al-Dakhil pada saat itu mengambil kekuasaan dari Amir Yusuf al-Fihri. Ia kemudian memproklamirkan berdirinya dulah Amawiyyah II.
b)      Masa kekhalifahan tahun 912-1013 M, ketika Abdurrahman III, Amir kedelapan bani Umayyah II, menggelari diri dengan Khalifa al-Nashir li Dinillah. Dilanjutkan oleh Hakam II dan kemudian Hisyam II. Pada masa ini islam mencapai zaman keemasan.

3.      PereodeKetiga
Pereode ini antara tahun 1013-1492 M, ketika ummat islam Andalus terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil:
a)      Masa kerajaan kecil antara tahun (1031-1086 M) yang sifatnya local, jumlahnya sekitar 20 buah masa ini disebut Muluk at-Tawaif (raja golongan).
b)      Masa antara tahun 1086-1235 M ketika ummat islam Andalus dalam kekuasaan bangsa Barbar Afrika Utara. Dan umat islam jatuh di bawah kekuasaan Kristen kecuali kerajaan Granada.Masa antara 1232-1492 M, secara keseluruhan ummat islam dibawah kekuasaan Kristen dan raja terakhir Abu Abdillah, melarikan diri ke Afrika Utara.

C.     Masa Keamiran dan ke Khalifahan di Spanyol
Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M, pangeran Umayyah di pengasingan Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar keluarganya. Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai Amir Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun tergantung kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada tahun 912 M, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.
D.     Periode Mulk-Thawaif

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di seville. Pada periode ini umat Islam spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada periode ini mulai menganbil inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan politik tidak stabil, namun, kehidupan intelektul terus berkembang pada periode ini. Istana-istana para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.    
E.     Periode Murabithun Dan F. Periode Al- muwahhidun

Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun telah terpecah dalam beberapa negara, tetapi dapat satu kekuasaan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang di dirikan oleh Yusuf ibn Tyasfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy, ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam disana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja Muslim. Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaa dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ketangan Kristen tepatnya pada tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tetapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd Al-mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota Muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapa dipukul mundur. Akan tetapi, tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keamrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahn-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasaanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada dibawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, Umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.    
F.      Dinasti bani Ahmar

Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berkhir, karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu abdullah muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak itu, ayahnya terbunuh dan di gantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, ferdenand dan Isabella yang mempersekutukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tiak kuasa menahan serangan-serangan orang-orang kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan isabella, kemudian, hijrah ke afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaa Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat islam setelah itu di hadapkan  kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
G.    Pembangunan Peradaban di Spanyol(masjid, istana, universitas, tata kota,dll)

Kemegahan bangunan fisik Islam spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian penuh umat dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi di bangun, pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pula, dam-dam, kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-jembatan.
a.       Cordova
Cordova adalah ibu kota spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih oleh dinasti Umayyah. Kota Cordova oleh penguasa muslim dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir diatas kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan. Setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Kota Cordova memiliki 491 masjid.
b.      Granada
Granada adalah tempat perahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sini berkumpul sisa kekuasaan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-hambra yang indah dan megah dalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana Al-zahra, istana A-Gazar, dan menara Girilda.
c.       Sevilla
Kota sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-muwahhidun. Sevilla pernah menjadi ibu kota yang indah bersejarah. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih kurang 500 tahun. Salah satu bangunan masjid yang di dirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan sultan Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama santa Maria dela Sede. Kota sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.


d.      Toledo
Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam setelah direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan bangunan  masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.
H.    Pusat – pusat Peradaban Islam Spanyol

Andalusia adalah sebuah wilayah Islam di Spanyol, setelah Andalusia menjadi wilayah Islam, maka dibangunlah kembali kota-kota lama, di samping membangun kota baru, dengan gaya seni bangunan Islami, di mana kemudian Andalusia terkenal dengan kota-kotanya yang indah, masjid-masjid yang cantik, istana-istananya yang mengagumkan dan taman-tamannya yang mempesona.
Pusat-pusat peradaban Islam di Spanyol adalah sebagai berikut:
1.      Cordova
Cordova merupakan salah satu di antara kota-kota besar dan ajaib. Cordova adalah kota lama yang di bangun kembali dengan gaya Islam. Setelah di bangun kembali, luas cordova menjadi 24 mil panjangnya, dan 6 mil lebarnya, atau 144 mil persegi. Kota ini pertama kali dimasuki Islam pada tahun 711 M oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman I yang bergelar Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah menjadikan Cordova sebagai ibu kota dan kota yang indah. Ia ciptakan taman dengan di penuhi tuffah (apel), dan pohon delima. Di tanami juga pohon palm yang sengaja di datangkan dari syiria. Dan juga pada tahun 786 H, di bangun sebuah masjid dengan luas 175 kali 134 meter dan tinggi menaranya 20 meter. Tiangnya 1400 buah dan untuk kubahnya memerlukan 300 tiang. Pada tahun 1236 setelah Islam di taklukkan Kristen, di bawah pimpinan Ferdinand III, masjid tersebut dijadikan gereja dan hingga kini masih tegak berdiri. Masjid tersebut terkenal dengan nama ”La Mezquita” setelah menjadi gereja diubah namanya menjadi ” Santa Maria yang agung.
2.      Sevilla
Kota Sevilla (Asyibiliyah) dibangun pada masa Dinasti Al-muwahhidun memerintah. Kota ini pernah menjadi ibu kota Andalusia. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian berubah menjadi Hispah, sebelum menjadi Asyibiliyah. Selama dikuasai Islam, kota ini selalu diperindah dengan taman-taman berbunga yang harum baunya. Pengaruh Romawi nampak pada penanaman pohon-pohon zaitun dan tata cara kehidupan didusun. Sedang orang-orang arab dan yahudi telah meninggalkan sifat-sifat yang serba mistik. Sevilla berada di bawah kekuasaan Islam, kurang lebih lebih selama 500 tahun (712-1248 M). Tidak heranlah jika kini banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya Islam. Salah satu bangunan yang menjadi kebanggaan umat Islam, kini telah berubah dari masjid besar menjadi gereja yaitu santa maria de la sede. Masjid besar itu dahulu dibangun pada tahun 1171 M pada masa pemerintahan sultan yusuf abu yakub (1163-1184 M). Sevilla jatuh ke tangan raja Ferdinand pada tahun 1492 M.
3.      Granada
Granada merupakan kota besar di Andalusia, yang pernah menjadi kebanggaan kaum Muslimin Andalusia. Granada terletak sekitar 288 km sebelah timur kota Sevilla, pada sebuah dataran tinggi yang subur. Kebesaran kota Granada terlihat pada peninggalannya yang berupa istana Alhambra yang didirikan pada tahun 1238M/635H oleh muhammad bin Al-Ahmar dari Dinasti Ahmar. Granada menjadi kot besar kelima di Spanyol, pada abad ke 12 M. Kota ini terletak di tepi sungai Genil di kaki gunung seirra Nevada, berdekatan dengan pantai laut Mediterania (Laut Tengah). Semula Granada adalah tempat tinggal orang Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi, dan baru terkenal setelah berada di tangan orang-orang Islam. Granada berada di bawah kekuasaan kaum muslimin hampir bersamaan dengan kota-kota lain di spanyol yang di taklukkan oleh Dinasti Abbasiyah di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair pada tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperindah oleh penguasa setempat, yaitu Dinasti Zirids. Setelah itu Granada jatuh di bawah pemerintahan Al-Murabithun, sebuah Dinast barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M. Granada dikelilingi oleh tembok. Adapun struktur penduduknya terdiri dari campuran berbagai bangsa, terutama Arab, Barbar, dan spanyol yang menganut tiga agama besar Islam, Kristen, dan Yahudi. Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam arsitektur maupun dalam politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15 pemerintahan menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga. Demikianlah, pada tahun 1492 Andalusia jatuh ke tangan penguasa Kristen, yaitu Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Castilia. Pada tahun 1610 orang-orang Islam diusir dari Andalusia.
I.       Mundurnya Peradaban Islam Spanyol

1.      Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen taklukkannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal idak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.  
2.      Tidak adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang arab tidak pernah menerima orng-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ’ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang di nilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan taidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.     
3.      Kesulitan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius , sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4.      Keterpencilan

Spanyo Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bentuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
5.      Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.


DAFTAR PUSTAKA


Ø  Ahmad Syalabi. 1988. Sejarah dan kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani, Jakarta: kalam muia.
Ø  Badri Yatim. 1998. Sejarah peradaban Islam. Cetakan 7. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Ø  Hasjmy, A. 1993. Sejarah kebudayaan Islam. Cetakan ke-4, Jakarta: Bulan Bintang.
Ø  Rusydi Hamka (Editor). 1979. Kebangkitan Islam dalam pembahasan. Jakarta: Nurul Islam.
Ø  Haekal, Muhammad Husain, sejarah hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet . 12).
Ø  Hamka, sejarah Umat Islam, III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar