BAB I
PENDAHULUAN
Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab,
yaitu al-Hadharah al-Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan
dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab
dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata : “kebudayaan”
(Arab/al-tsaqafah dan culture/Inggris) dengan “peradaban” (civilization/Inggris
dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan ilmu
antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk
ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan,
manifestasi-manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan
peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra,
religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan
teknologi.
Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga
wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud
kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Peradaban dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan
Rasulullah, para sahabat (Khulafaur Rasyidin),dan sejarah kekhalifahan Islam
sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di wahyukan kepada Nabi
Muhammad saw telah membawa bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak
terkenal, dan di abaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju.
Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada peradaban islam yang masuk ke
eropa melalui spanyol. Islam memang berbeda dari agama-agama lain, sebagaimana
pernah diungkapkan oleh H.A.R. Gibb dalam bukunya Whither Islam kemudian
dikutip M.Natsir, bahwa, “Islam is andeed much more than a system of theology,
it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah
agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Landasan “peradaban islam”
adalah “kebudayaan islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan
“kebudayaan islam” adalah agama. Jadi, dalam islam, tidak seperti pada
masyarakat yang menganut agama “bumi” (nonsamawi), agama bukanlah kebudayaan
tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta,
rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari tuhan
BAB II
PEMBAHASAN
PERADABAN MUSLIM SPANYOL
A.
Masuknya
Islam ke Spanyol
Spanyol
diduduki umat islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang
khalifah dari bani umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan
spanyol, umat islam telah menguasai afrika Utara dan menjadikannya sebagai
salah satu propinsi dari dinasti bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas afrika
utara itu terjadi di zaman khalifah Abdul Malik (685-705). Khalifah Abdul
Al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man Al- Ghassani menjadi gubernur di daerah
itu. Pada masa khalifah Al-Walid, hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa
ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah
kekuasaan-kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia
juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa barbar di
pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan
membuat kekacauan-kekacauan seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses
penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis
dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa
itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara
berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam
penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan
kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Thariq ibn Ziad
lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar
dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku barbar
yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang arab yang dikirim
Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan
Thariq ibn Ziyad. Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka
jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. untuk itu, Musa ibn
Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud
membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat
menyebrangi selat itu dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat
ditaklukkannya.
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan
dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan. Yang dimaksud
dengan faktor eksteral adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol
sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi social,
politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara
politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa
negeri kecil. Bersama dengan itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran
terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalgi
terhadap penganut agama lain, yahudi. Penganut agama yahudi yang merupakan
bagian terbesar dari penduduk spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen.
Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal. Rakyat dibagi-bagi ke
dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi kamelaratan, ketertindasan,
dan ketiadaan persamaan hak.
Perpecahan
politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke spanyol,
ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu spanyol berada
dibawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat.
Demikian pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana
transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah spanyol berada dibawah kekuasaan
kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun.
Buruknya
kondisi social, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan
raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran
kerajaan Goth adalah ketika raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari
Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa aas wilayah
Toledo, diberhentikan begitu saja. Mereka pergi ke Afrika Utara dan ergabung
dengan kaum muslimin. Sementar itu, terjadi pula konflik antara Roderick dengan
Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septan. Julian juga bergabung dengan kaum
muslimin di afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai
Spanyol. Julian buhkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh
Tharif, Tariq, dan musa. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara
Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai
semangat perang. Selain itu, orang yahudi yang selama ini tertekan juga
mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.
Adapun yang
dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh
yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun
cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu
toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk
spanyol menyambut kehadiran Islam disana.
B. Perkembangan Sosial Politik Dakwah Islam di Spanyol
Perkembangan Islam di Spanyol penguasaan ummat
islam terhadap Andalusia dapat di bagi menjadi beberapa pereode:
1.
Pereode
Pertama
Pereode pertama antara tahun 711-755 M,
Andalusia diperintah oleh para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah
yang berpusat di Damaskus. Secara politis pereode ini Andalus masih banyak
perebutan kekuasaan tau belum stabil.
2.
PereodeKedua
Pereode antara tahun 755-1013 M pada waktu
Andalus dikuasai oleh daulah Bani Umayyah II. Pereode ini dibagi dua:
a)
Masa
keamiran tahun 755-912, masa ini dimulai ketika Abdurrahman al-Dakhil pada saat
itu mengambil kekuasaan dari Amir Yusuf al-Fihri. Ia kemudian memproklamirkan
berdirinya dulah Amawiyyah II.
b)
Masa
kekhalifahan tahun 912-1013 M, ketika Abdurrahman III, Amir kedelapan bani
Umayyah II, menggelari diri dengan Khalifa al-Nashir li Dinillah. Dilanjutkan
oleh Hakam II dan kemudian Hisyam II. Pada masa ini islam mencapai zaman
keemasan.
3.
PereodeKetiga
Pereode ini antara tahun 1013-1492 M, ketika
ummat islam Andalus terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil:
a)
Masa
kerajaan kecil antara tahun (1031-1086 M) yang sifatnya local, jumlahnya
sekitar 20 buah masa ini disebut Muluk at-Tawaif (raja golongan).
b)
Masa
antara tahun 1086-1235 M ketika ummat islam Andalus dalam kekuasaan bangsa
Barbar Afrika Utara. Dan umat islam jatuh di bawah kekuasaan Kristen kecuali
kerajaan Granada.Masa antara 1232-1492 M, secara keseluruhan ummat islam
dibawah kekuasaan Kristen dan raja terakhir Abu Abdillah, melarikan diri ke
Afrika Utara.
C. Masa Keamiran dan ke Khalifahan di Spanyol
Pada
tahun 750 M, bani Abbasiyah
menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas
daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M, pangeran
Umayyah di pengasingan Abdurrahman I
(Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan
gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada
kekhalifahan Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah
membunuh sebagian besar keluarganya. Ia memerintah selama 30 tahun, namun
memiliki kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan
dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama
satu setengah abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai Amir
Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan
kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat.
Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan
dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun tergantung kecakapan dari sang
Amir yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin
Muhammad bahkan hanya
memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.
Cucu
Abdullah, Abdurrahman III,
menggantikannya pada tahun 912 M, dan dengan
cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara
bagian barat. Pada tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga
keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah
di Baghdad dan
kekhalifahan Syi'ah di Tunis.
D. Periode Mulk-Thawaif
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari
tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau
Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova,
Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di seville.
Pada periode ini umat Islam spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan
dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya,
orang-orang Kristen pada periode ini mulai menganbil inisiatif penyerangan.
Meskipun, kehidupan politik tidak stabil, namun, kehidupan intelektul terus
berkembang pada periode ini. Istana-istana para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
E. Periode Murabithun Dan
F. Periode Al- muwahhidun
Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun telah terpecah
dalam beberapa negara, tetapi dapat satu kekuasaan yang dominan, yaitu
kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235).
Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang di dirikan
oleh Yusuf ibn Tyasfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy, ia masuk ke Spanyol atas
undangan penguasa-penguasa Islam disana yang tengah memikul beban berat
perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang
Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil
mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja Muslim.
Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu.
Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah.
Pada tahun 1143 M, kekuasaa dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun
di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti
Murabithun, Saragossa jatuh ketangan Kristen tepatnya pada tahun 1118 M. Di
Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti
kecil, tetapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti
Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun
didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di
bawah pimpinan Abd Al-mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota Muslim
penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk
jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
Kekuatan-kekuatan Kristen dapa dipukul mundur. Akan tetapi, tidak lama setelah
itu, Muwahhidun mengalami keamrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahn-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasaanya memilih untuk meninggalkan Spanyol
dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam,
berada dibawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, Umat Islam
tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun
1238 M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M.
Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.
F. Dinasti bani Ahmar
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada,
di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini
hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan
terakhir di Spanyol ini berkhir, karena perselisihan orang-orang istana dalam
memperebutkan kekuasaan. Abu abdullah muhammad merasa tidak senang kepada
ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja.
Dia memberontak itu, ayahnya terbunuh dan di gantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad.
Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk
menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah
dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, ferdenand dan Isabella yang mempersekutukan
dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas.
Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah
tiak kuasa menahan serangan-serangan orang-orang kristen tersebut dan pada
akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan isabella,
kemudian, hijrah ke afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaa Islam di
Spanyol tahun 1492 M. Umat islam setelah itu di hadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat
Islam di daerah ini.
G. Pembangunan Peradaban di
Spanyol(masjid, istana, universitas, tata kota,dll)
Kemegahan bangunan fisik Islam spanyol sangat maju, dan
mendapat perhatian penuh umat dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di
Andalusia memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat
transportasi di bangun, pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian
pula, dam-dam, kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-jembatan.
a.
Cordova
Cordova adalah ibu kota spanyol sebelum Islam yang
kemudian diambil alih oleh dinasti Umayyah. Kota Cordova oleh penguasa muslim
dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir
diatas kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu.
Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
pemandangan. Setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya
terpancang istana Damsik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah
masjid Cordova. Kota Cordova memiliki 491 masjid.
b.
Granada
Granada adalah tempat perahanan terakhir umat Islam di
Spanyol. Di sini berkumpul sisa kekuasaan Arab dan pemikir Islam. Posisi
Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol.
Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-hambra
yang indah dan megah dalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol
Islam. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang
dengan kota dan istana Al-zahra, istana A-Gazar, dan menara Girilda.
c.
Sevilla
Kota sevilla dibangun pada masa pemerintahan
Al-muwahhidun. Sevilla pernah menjadi ibu kota yang indah bersejarah. Semula
kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa romawi kota ini bernama Romula Agusta,
kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah berada di bawah
kekuasaan Islam selama lebih kurang 500 tahun. Salah satu bangunan masjid yang
di dirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan sultan Yusuf Abu Ya’kub, kini
telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama santa Maria dela Sede.
Kota sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.
d.
Toledo
Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum
dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibu
kota kerajaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad menguasai Toledo tahun 712 M, kota
ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam setelah direbut oleh Raja
Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan bangunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh
umat Kristen.
H. Pusat – pusat Peradaban
Islam Spanyol
Andalusia adalah sebuah wilayah Islam di Spanyol, setelah
Andalusia menjadi wilayah Islam, maka dibangunlah kembali kota-kota lama, di
samping membangun kota baru, dengan gaya seni bangunan Islami, di mana kemudian
Andalusia terkenal dengan kota-kotanya yang indah, masjid-masjid yang cantik,
istana-istananya yang mengagumkan dan taman-tamannya yang mempesona.
Pusat-pusat peradaban Islam di
Spanyol adalah sebagai berikut:
1.
Cordova
Cordova merupakan salah satu di antara kota-kota besar
dan ajaib. Cordova adalah kota lama yang di bangun kembali dengan gaya Islam.
Setelah di bangun kembali, luas cordova menjadi 24 mil panjangnya, dan 6 mil
lebarnya, atau 144 mil persegi. Kota ini pertama kali dimasuki Islam pada tahun
711 M oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman
I yang bergelar Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah menjadikan
Cordova sebagai ibu kota dan kota yang indah. Ia ciptakan taman dengan di
penuhi tuffah (apel), dan pohon delima. Di tanami juga pohon palm yang sengaja
di datangkan dari syiria. Dan juga pada tahun 786 H, di bangun sebuah masjid
dengan luas 175 kali 134 meter dan tinggi menaranya 20 meter. Tiangnya 1400
buah dan untuk kubahnya memerlukan 300 tiang. Pada tahun 1236 setelah Islam di
taklukkan Kristen, di bawah pimpinan Ferdinand III, masjid tersebut dijadikan
gereja dan hingga kini masih tegak berdiri. Masjid tersebut terkenal dengan
nama ”La Mezquita” setelah menjadi gereja diubah namanya menjadi ” Santa Maria
yang agung.
2.
Sevilla
Kota Sevilla (Asyibiliyah) dibangun pada masa Dinasti
Al-muwahhidun memerintah. Kota ini pernah menjadi ibu kota Andalusia. Semula
kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta,
kemudian berubah menjadi Hispah, sebelum menjadi Asyibiliyah. Selama dikuasai
Islam, kota ini selalu diperindah dengan taman-taman berbunga yang harum
baunya. Pengaruh Romawi nampak pada penanaman pohon-pohon zaitun dan tata cara
kehidupan didusun. Sedang orang-orang arab dan yahudi telah meninggalkan
sifat-sifat yang serba mistik. Sevilla berada di bawah kekuasaan Islam, kurang
lebih lebih selama 500 tahun (712-1248 M). Tidak heranlah jika kini banyak
dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya Islam. Salah satu bangunan yang
menjadi kebanggaan umat Islam, kini telah berubah dari masjid besar menjadi
gereja yaitu santa maria de la sede. Masjid besar itu dahulu dibangun pada
tahun 1171 M pada masa pemerintahan sultan yusuf abu yakub (1163-1184 M).
Sevilla jatuh ke tangan raja Ferdinand pada tahun 1492 M.
3.
Granada
Granada merupakan kota besar di Andalusia, yang pernah
menjadi kebanggaan kaum Muslimin Andalusia. Granada terletak sekitar 288 km
sebelah timur kota Sevilla, pada sebuah dataran tinggi yang subur. Kebesaran
kota Granada terlihat pada peninggalannya yang berupa istana Alhambra yang
didirikan pada tahun 1238M/635H oleh muhammad bin Al-Ahmar dari Dinasti Ahmar.
Granada menjadi kot besar kelima di Spanyol, pada abad ke 12 M. Kota ini
terletak di tepi sungai Genil di kaki gunung seirra Nevada, berdekatan dengan
pantai laut Mediterania (Laut Tengah). Semula Granada adalah tempat tinggal
orang Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi, dan baru terkenal setelah
berada di tangan orang-orang Islam. Granada berada di bawah kekuasaan kaum
muslimin hampir bersamaan dengan kota-kota lain di spanyol yang di taklukkan
oleh Dinasti Abbasiyah di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair
pada tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia, Granada
mengalami perkembangan pesat. Setelah bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun
1031 M, dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperindah oleh penguasa setempat,
yaitu Dinasti Zirids. Setelah itu Granada jatuh di bawah pemerintahan
Al-Murabithun, sebuah Dinast barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M.
Granada dikelilingi oleh tembok. Adapun struktur penduduknya terdiri dari
campuran berbagai bangsa, terutama Arab, Barbar, dan spanyol yang menganut tiga
agama besar Islam, Kristen, dan Yahudi. Pada masa pemerintahan Muhammad V
(1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam arsitektur
maupun dalam politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15 pemerintahan
menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga. Demikianlah, pada tahun 1492
Andalusia jatuh ke tangan penguasa Kristen, yaitu Ferdinand dari Aragon dan
Isabella dari Castilia. Pada tahun 1610 orang-orang Islam diusir dari
Andalusia.
I. Mundurnya Peradaban
Islam Spanyol
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara
sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari
kerajaan-kerajaan kristen taklukkannya dan membiarkan mereka mempertahankan
hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal idak ada
perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran arab Islam telah memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam
dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat kristen memperoleh kemajuan pesat,
sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan
sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang
dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang arab tidak pernah menerima
orng-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi
istilah ’ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang di
nilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap
sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan taidak adanya
ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang
dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa
membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius ,
sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang
amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Keterpencilan
Spanyo Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang
lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bentuan kecuali dari Afrika
Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung
kebangkitan Kristen di sana.
5. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli
waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif
muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh
ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ahmad Syalabi. 1988. Sejarah dan kebudayaan Islam:
Imperium Turki Usmani, Jakarta: kalam muia.
Ø Badri Yatim. 1998. Sejarah peradaban Islam. Cetakan 7. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Ø Hasjmy, A. 1993. Sejarah kebudayaan Islam. Cetakan ke-4, Jakarta: Bulan
Bintang.
Ø Rusydi Hamka (Editor). 1979. Kebangkitan Islam dalam
pembahasan. Jakarta: Nurul Islam.
Ø Haekal, Muhammad Husain, sejarah hidup Muhammad, (Jakarta:
Litera Antarnusa, 1990, cet . 12).
Ø Hamka, sejarah Umat Islam, III, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1981).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar